Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now 

Blogger templates

Recent Comments

Pasang Iklan Gratis

Thursday, December 29, 2011

Airia #3 (ending)


Airia #3 (ending)

oleh Fitri Prasojo pada 21 November 2011 pukul 19:20

tanyanya setengah berteriak. Matanya memerah dengan kristal bening yang siap bergulir. Aku tak sanggup menyaksikan pemandangan seperti ini. Aku menyesal membuatnya menangis. Terlebih karena egoku, mengedepankan emosi dan cemburuku. Aku tau aku salah. Tapi apalah dayaku. Mulutku terdiam menatapnya dalam-dalam. 
"Dit! Jawab!" bentaknya. 
Hatiku makin pilu menjawabnya. 
"Ria, aku mencintaimu. Aku cemburu sama Deni." ucapku gemetar. 
Dia makin geram, nafasnya kian tak teratur, dan sebuah tamparan dari tangan halusnya mendarat di pipiku. Meninggalkan bekas merah gambaran emosinya yang berbaur dengan luka hatiku. 

Sejak saat itu, Ria memutuskan pindah kuliah. Dia amat membenciku. Tapi cintaku padanya tetap abadi. 

*** 

Kususuri malam di taman kota, tempat dia biasa menghabiskan malam minggunya. Berharap menemui bayang dirinya, yang kini entah dimana. 

Hariku terasa sepi tanpa dirinya. Hatiku sunyi tanpa hadirnya. Hanya bayangan-bayangan semu dari senyum manisnya yang telah lama tak kudapat. Sebatas mencuri kedamaian dari memandang potretnya. 

*** 

Masih kuingat ketika kami baru masuk SMP, dia terlihat amat cantik dengan seragam barunya. Dengan pita merah putih sesuai peraturan MOS, dia terlihat anggun dan mempesona. Hatiku tergetar memandangnya. Mungkin saat itulah kali pertama aku menyadari bahwa aku mencintainya. 

"Lepasin!!" bentaknya saat kupeluk erat tubuhnya. Buru-buru kulepas pelukanku, dan kutatap wajahnya yang memerah. Marah. Namun tak sepatah kata pun yang mampu kuucapkan. Barangkali maaf, itupun aku tak sanggup. Kelu rasanya, tertutup sesal akan kelakuanku padanya barusan. Lancang. Ya, mungkin aku lancang, tapi aku menyukainya, mengaguminya, dan bahkan ku akui, aku mencintainya, sangat mencintainya. Aku mencintai saudara kembarku sendiri; Airia Pratiwi. Hingga dia dan orang tuaku pun membenciku. Memisahkan aku darinya, melarang kontak di antara kami. Mereka mencoba menghadirkan untukku anak-anak gadis rekan mereka, namun tak mampu ku membuka hati untuk selain Airia. 

Dalam hatiku masih berharap, suatu hari nanti akan terucap ikrar suci yang terulis hitam di atas putih antara Aditya Pratama dan Airia Pratiwi. Semoga 


***SELESAI*** 


Baru kali ini aku bikin cerita dari sudut pandang cowo'. Hwehe... 


Salam, 
Fitri Prasojo 


21/11/11 
18:57

No comments:

Post a Comment