Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now 

Blogger templates

Recent Comments

Pasang Iklan Gratis

Thursday, December 29, 2011

Airia #2 oleh Fitri Prasojo

Airia #2

oleh Fitri Prasojo pada 21 November 2011 pukul 19:15




Fikirku kian menelisik hari-hari lalu ketika aku masih bersamanya. Waktu itu malam minggu di kost. Aku di kamarnya, sibuk membuka file-file foto di laptopnya. Melihat betapa mesranya dia bersama Deni -kekasihnya, hatiku sakit. Teriris rasanya. Terlukis dengan jelas betapa dia mencintai Deni, begitupun sebaliknya. Senyuman manis itu selalu terurai tiap kali kamera menangkapnya, benar-benar cantik. Aku memujinya tulus dari dalam hatiku. Walau mungkin hanya cacian yang kudapat bila mulutku memujinya secara langsung. 
Hatiku berdegup, tanganku gugup ketika mendengar suara motor di halaman rumah kost kami. Ya, itu pasti Deni yang mengantar gadisku. Gadisku? Entahlah! Begitu nyaman ku menyebutnya dengan kata itu. 
Segera kututup folder foto-fotonya. Dan kubuka tugasku yang tadi sedang kuselesaikan di laptopnya. Karena dia akan marah bila tau aku sedang membuka foto-fotonya. Aku melanjutkan mengetik. Tanpa mengintip keluar jendela. Malas rasanya melihat pemandangan memuakkan; Deni mencium gadisku. 

"Dit, kamu ngapain di kamarku?" tanyanya sinis. 
"Gak ngapa-ngapain, Ria, cuma pinjem lappy doang buat ngetik tugas. Lappy-ku rusak, lagi diservice." jawabku santai. 
"Ya udah sana bawa aja lappynya. Aku mau tidur." 
"Kamu abis dari mana sih?" 
"Mau tau aja!" 
"Yee.., ditanya bener-bener." 
"Dari taman kota, puas??" 
"Iya, Nona.. Tuannya kok langsung pulang?" 
"Suka-suka Deni dong, Dit! Dia mau mampir kek, gak kek, mau nganter aku nyampe gang kek, nyampe kost lah, yang penting aku nyampe nih kamar. Udah sana cepetan keluar dari kamarku!" 

Kulangkahkan kakiku dengan malas-malasan. Dengan laptop di tangan, langkahku terhenti sejenak di ambang pintu. Kutoleh bayangan dirinya yang tengah duduk di depan meja rias. Cantik. 
"Apa lagi, Dit?" tanyanya datar dan mengagetkanku. 
Rupanya dia tau aku memandang bayangannya dalam cermin. Aku berlalu tanpa kata dari kamarnya. 

*** 

Sepertinya dia mulai membenciku semenjak aku terang-terangan mencela Deni di depannya. Jujur, aku benci Deni. Aku muak dengan barang-barang pemberian Deni yang tertata rapi di kamar Ria. Dari mulai kado ulang taun, boneka, baju, sandal, tas, aksesoris dan semua pernak-pernik pemberian Deni. Aku benci melihatnya. Aku benci melihat Ria memakainya, terlebih saat dengan bangga dia memamerkan padaku. Sakit rasanya. Cemburu melukai! Hingga tersulut emosiku, dan aku mencela Deni habis-habisan. 
"Dit, kenapa sih dari dulu kamu selalu ngerendahin Deni? Apa salah dia sama kamu?" 


Bersambung

No comments:

Post a Comment