Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now 

Blogger templates

Recent Comments

Pasang Iklan Gratis

Saturday, December 24, 2011

Tetesan Hujan di Bulan November #1

Tetesan Hujan di Bulan November
Oleh Fitri Prasojo 

Ini merupakan bagian dari cerita yang tak pernah tamat

This is a part of the never ending story



***




Rintik hujan siang itu kian deras bertebaran di jalanan beraspal sepanjang yang kulewati menuju perempatan kota tempat dimana aku dan Pras janjian untuk bertemu. Tak hanya di jalanan, kaca jendela bus umum yang kunaiki pun tak luput darinya. Bintik-bintik yang kian banyak memenuhi dan menghalangi pandanganku ke luar bus. Melarutkan fikirku dalam imaji angan-angan di bawah hujan. Hatiku tersenyum menantikan kesempatan itu, kesempatan yang sejujurnya telah lama bersemayam dalam angan-angan kami, menjadi satu keinginan yang menandakan satu keakraban dan kemesraan diantara kami.

Tit-tit.., tit-tit... Handphoneku bunyi tanda sms masuk. Kubuka, dan itu dari Pras.

'Sayang, jam setengah 2 aku tunggu di perempatan ya..'

Aku berfikir sesaat. Bukannya dari semula janjian jam 1? Jam setengah 2 itu masih lama, tapi tak apa lah. Barangkali dia sibuk. Aku tak ingin menyuruhnya cepat-cepat menemuiku. Hujan deras membuatku rela menunggu, daripada menyuruhnya ngebut-ngebutan di jalan. Aku takkan membiarkannya melakukan hal itu.

Menit demi menit kunantikan dia, hingga tak terasa ia pun datang membuyarkan anganku yang mungkin beku dalam penantian.
Pras dengan motornya berhenti tepat di depanku. Titik-titik air hujan di kaca helmnya membuat senyuman manis di dalamnya kian manis. Biar orang lain mengatakan aku berlebihan, aku tak peduli. Dia yang terindah buatku.

Kami berjalan menuju sebuah toko bahan, mencari batik yang kami inginkan. Dalam masa pacaran, apa sih yang tidak disama-samakan? Nama facebook dimiripkan, dompet kembaran, warna baju pas jalan juga seringnya mirip walaupun sebelumnya tak ada acara janjian. Aku dan Pras menambah kekompakan dengan 'batik kembaran'. Biarpun kami masih pacaran, biar saja mereka mengira kami telah menikah. Lagi-lagi aku tak peduli.

Di tengah hujan lebat, aku memeluknya erat dalam perjalanan pulang. Entah mengapa, aku merasa begitu merindukannya. Padahal dia di depanku, dalam pelukku.

"Sayang, bajunya cepet jadi ya!"

"Iya Cinta.., secepat mungkin deh! Bulan depan saudaraku nikah. Kita akan menghadirinya dengan mengenakan batik ini." ucapku seraya tersenyum melepasnya pulang setelah mengantar ke rumahku.


Bersambung

baca di profilku ya :)  
Oleh Fitri Prasojo 

No comments:

Post a Comment